ICB.COM, BANJARNEGARA - Kawah Sileri di kawasan Gunung Api Dieng, Banjarnegara, mengalami erupsi sejak Selasa (18/12/2024), memicu kekhawatiran masyarakat setempat. Pihak berwenang telah mengeluarkan imbauan agar warga tidak beraktivitas dalam radius 500 meter dari bibir kawah demi menghindari ancaman gas beracun dan material vulkanik.
Budi, seorang petani setempat, mengaku sempat merasakan gempa kecil dan mendengar suara letupan saat erupsi terjadi.
"Erupsi berlangsung dua kali berturut-turut sekitar pukul 15.32 WIB. Meski waspada, kebutuhan hidup membuat kami tetap harus ke ladang, dengan menjaga jarak aman," ungkapnya.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip, menjelaskan bahwa meskipun erupsi kali ini berskala kecil, risiko bahaya tetap ada.
"Material vulkanik menyebar hingga 50 meter ke barat dan 100 meter ke timur. Radius aman 500 meter harus dijaga untuk melindungi masyarakat dari gas beracun dan material berbahaya," katanya, Senin (23/12/2024).
Surip juga menegaskan bahwa Gunung Api Dieng memiliki 26 kawah aktif, dengan 11 kawah dipantau secara khusus.
"Pemantauan intensif terus dilakukan untuk memastikan tidak ada peningkatan aktivitas signifikan. Kami mengimbau masyarakat untuk mematuhi rekomendasi keselamatan demi mencegah risiko yang tidak diinginkan," tambahnya.
Meski begitu, ia menegaskan untuk objek wisata lain di dataran tinggi Dieng masih aman untuk dikunjungi. Misalnya Kawah Sikidang, Komplek Candi Arjuna, Sikunir dan lainnya.
"Untuk objek wisata lain masih aman untuk dikunjungi wisatawan. Ada Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Sikunir dan lain-lain. Jadi wisatawan tidak perlu khawatir," kata dia.
Pihak berwenang meminta masyarakat, terutama petani yang sering beraktivitas di sekitar kawah, untuk mematuhi arahan otoritas terkait. Erupsi vulkanik seperti ini dapat menghasilkan gas beracun atau material yang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan.
Dengan pengawasan ketat dan kepatuhan masyarakat terhadap rekomendasi keselamatan, potensi risiko dari aktivitas vulkanik Kawah Sileri diharapkan dapat diminimalkan. Untuk masyarakat atau wisatawan tetap tenang dan tidak perlu terpancing informasi hoax yang belum jelas sumbernya. (*)